Entri yang Diunggulkan

SERAYU-MEDIA.COM: Novel : Pusaka Kembang Wijayakusuma (26)

SERAYU-MEDIA.COM: Novel : Pusaka Kembang Wijayakusuma (26) : “Dari mana Dinda Sekarmenur mendapatkan perlengkapan ranjang tempat tidur yang ...

Sabtu, 25 Juni 2016

Seri Wayang Kulit : Bima Bungkus- Dalang Ki Entus


Ringkasan Ceritera Kisah Wayang Kulit Lakon " Bima Bungkus" adalah sbb :

Betapa terkejutnya Prabu Pandu, ketika mengetahui istrinya Dewi Kunti melahirkan anak keduanya dalam keadaan terbungkus oleh selaput yang sangat tebal, lebih tebal dari kulit telur. Uniknya, selaput yang menyelubungi Si Bayi  Ajaib itu dalam keadaan sulit disobek atau dipecahkan oleh aneka macam senjata yang bukan hanya tajam, tetapi juga sakti dan ampuh. Segala daya upaya telah ditempuh Prabu Pandu untuk merobek selaput Si Bayi Ajaib itu. Tetapi semua usaha itu selalu sia-sia. Akhirnya, atas petunjuk para Dewa, Prabu Pandu meletakkan Si Bayi berselaput itu di tengah hutan. Tetapi ditengah hutan, pertumbuhan dan perkembangan bayi bungkus itu bertambah luar biasa hebatnya. Si Bayi Bungkus itu bergulung-gulung kian kemari, seakan-akan Si Bayi Ajaib yang ada di dalam selaput itu sedang berusaha mencari jalan keluar, hendak memecahkan bungkusan dari dalam. Tetapi Jika bayi bungkus itu bergerak dengan bergulung-gulung kesana kemari, maka semua pohon hutan yang disentuhnya akan tumbang seketika.

Tentu saja Prabu Pandu sangat sedih menyaksikan keadaan putra keduanya yang sangat mengherankan itu. Karena pusing, pernah Prabu Pandu minta tolong kepada para Kurawa untuk memecahkan selaput pembungkus Si Bayi Ajaib itu. Ternyata usaha para Kurawa gagal total. Si Bayi Bungkus tak mempan senjata tajam, bahkan Si Bayi Bungkus yang ajaib itu mampu melawan Kurawa dengan kekuatannya yang amat dahsyat. Para Kurawa yang mencoba mendekat untuk memecahkan bungkus Si Bayi Ajaib, langsung diserang dan dilemparkan keluar hutan dengan kekuatan yang amat dahsyat. Akibatnya para Kurawa lari terbirit-birit ketakutan.

Setelah Kurawa gagal memberikan pertolongan pada Raja Pandu, maka disuruhlah Yudistira, putra Raja Pandu yang sulung untuk meminta pertolongan dan penjelasan kepada ayah Prabu Pandu, Begawan Abiyasa di pertapaan Saptaarga. Ternyata Begawan Abiyasa hanya menjelaskan agar Prabu Pandu tetap bersabar. Karena Si Bayi Bungkus merupakan percobaan yang sangat berat bagi Raja Pandu. Satu-satunya jalan bagai Raja Pandu hanyalah bersabar dan Raja Pandu supaya terus memohon kepada para Dewa, agar bungkus Si Bayi bisa segera lepas. Begawan Abiyasa menjelaskan, bahwa Si Bungkus, kelak akan menjadi seorang senapati kebanggan keluarga Raja Pandu, karena Si Senapati itu akan menjadi sangat sakti, dan tak terkalhkan oleh ksatria mana saja.

Apa yang dikatakan Begawan Abiyasa, menjadi kenyataan. Para Dewa di Suralaya mulai merasakan pengaruh luar biasa dari Si Bungkus yang berada ditengah hutan. Si Bungkus  yang terus berkembang itu mendatangkan prabawa atau pengaruh luar biasa yang sangat menakutkan. Bukan hanya bagi penghuni bumi. Tetapi juga bagi para penghuni Suralaya. Keadaan Suralaya yang semual sejuk, tiba-tiba berubah seketika menjadi gersang seakan-akan sekuntum bunga yang  menjadi  layu karena terpanggang oleh hawa panas luar biasa.Para Dewa yang kebingungan itu akhirnya melakukan penelitian. Setelah diteliti, ternyata pengaruh yang luar biasa pada kehidupan di Suralaya itu berasal dari pertumbuhan Si Bayi Bungkus yang berada di tengah hutan yang terus bergulung-gulung kian kemari, karena Si Bayi Ajaib yang ada di dalam bungkus mengeluarkan tenaganya dalam usahanya mencari jalan keluar. Setiap bergulung kian kemari, apa yang disentuhnya langsung hancur berantakan. Batara Guru yang menerima lapran dari para dewa ikut cemas juga terhadap keadaan di Suralaya.

Karena itu Batara Guru segera menyuruh Dewa Bayu agar mendatangi seeokor  Gajah Putih bernama Sena yang sedang bertapa mohon kepada Dewa agar Si Gajah Putih itu dapat mati dengan menitis menjadi manusia. Batara Guru akan mengabulkan permohonan Gajah Sena, asal Gajah Sena besedia membantu para dewa menyobek bungkusan Si Bayi Ajaib yang sedang berusaha mencari jalan  keluar dari selabut tebal yang membungkusnya. Selain Batara Bayu, Batara Guru juga mengutus istrinya Dewi Uma agar menemani Batara Bayu dengan tugas memberikan pakaian kepada si Bayi Ajaib, agar kelak jika selaput pembungkus berhasil disobek Gajah Sena, Si Bayi Ajaib itu akan keluar dalam keadaan sudah mengenakan pakaian ksatria secara lengkap.

Alkisah, Dewi Uma telah berhasil masuk ke dalam bungkusan Si Bayi Ajaib dan memakaikan pakaian ksatria secara lengkap kepada Si Bayi Ajaib yang masih berada di dalam bungkusan. Batara Bayu juga sudah berhasil menuntun Gajah Putih Sena dan berdiri di depan Si Bayi Bungkus.  Setelah Batari Uma keluar dari dalam bungkusan, Gajah Sena diperintahkan oleh Dewa Bayu agar menyobek pembungkus Si Bayi Ajaib itu. Gajah Sena cepat bertindak. Diterjangnya Si Bayi Bungkus dengan sekaut tenaga. Ternyata selaput Si Bayi Bungkus tidak mau sobek juga. Akhirnya Gajah Sena punya akal. Dengan menggunakan belalainya, Si Bayi Bungkus di lemparkan setinggi-tingginya bagaikan melemparkan sebuah bola raksasa ke udara. Kemudian ketika Si Bayi Bungkus jatuh ke tanah,  Gajah Sena menyambutnya dengan kedua gadingnya. Demianlah berulang kali Si Gajah Sena melakukan beberapa kali dalam usahanya menyobek bungkusan Si Bayi Ajaib yang kuat luar biasa. Akhirnya usaha Gajah Sena tidak sia-sia. Pada lemparan ketiga, kedua gading Gajah Sena berhasil menyobek bungkusan Si Bayi Ajaib, sehingga terdengan suara yang keras bagaikan petir. Bersamaan dengan itu, meloncatlah seorang ksatria cilik lengkap dengan paiannya, berupa celana berwarna merah, hitam,kuning dan putih kotak-kotak yang disebut bang bintulu. Sang Ksatria Cilik juga sudah mengenakan sepasang gelang candrakirana, sepasang sumping, dan sepasang kuku Pancanaka.  Sang Ksatria Cilik yang merasa badannya kesakitan, akibat dilemparkan kesana kemari oleh Gajah Sena, langsung marah dan terjadilah perang tanding diantara keduanya, karena Sang Ksatria Cilik berusaha membunuh Si Gajah Sena yang telah menyakiti diri Sang Ksatria Cilik. Akhirnya dengan kuku Pancanaka yang ditusukkan kepada leher Gajah Sena, Sang Ksatria Cilik berhasil menewaskan Gajah Sena. Arwah Gajah Sena segera menitis ke dalam tubuh Sang Ksatria yang selama pertempuran telah tumbuh menjadi Ksatrai yang gagah perkasa.

Para Dewa yang menyaksikan pertempuran sengit dan habis-habisan itu, segera memberi nama kepada Sang Ksatria, Bratasena. Batara Narada memberi nama Bima. Artinya yang menakutkan. Bhima adalah epitet atau sebutan untuk Dewa Syiwa. Batari Uma memberi nama Werkudara, yang berarti perut Serigala. Konon, perut Bima memang sangat bagus, bagaikan perut Serigala yang kuat dan tahan terhadap serangan senjata tajam. Batara Bayu mengangkatnya sebagai anak dan memberinya nama Bayu Suta.

Tentu saja Raja Pandu sangat bergembira dan berterima kasih kepada para dewa yang telah menolongnya membantu proses kelahiran putra Raja Pandu yang ke dua yang telah menjelma menjadi Ksatria yang gagah perkasa dan sakti pula dengan pusaka andalannya kuku Pancanaka.[27-06-2016]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar