Ringkasan Ceritera Kisah Wayang Kulit Lakon " Bima Bungkus" adalah sbb :
Betapa terkejutnya Prabu Pandu, ketika mengetahui istrinya
Dewi Kunti melahirkan anak keduanya dalam keadaan terbungkus oleh selaput yang
sangat tebal, lebih tebal dari kulit telur. Uniknya, selaput yang menyelubungi Si
Bayi Ajaib itu dalam keadaan sulit
disobek atau dipecahkan oleh aneka macam senjata yang bukan hanya tajam, tetapi
juga sakti dan ampuh. Segala daya upaya telah ditempuh Prabu Pandu untuk
merobek selaput Si Bayi Ajaib itu. Tetapi semua usaha itu selalu sia-sia. Akhirnya, atas petunjuk para Dewa,
Prabu Pandu meletakkan Si Bayi berselaput itu di tengah hutan. Tetapi ditengah
hutan, pertumbuhan dan perkembangan bayi bungkus itu bertambah luar biasa
hebatnya. Si Bayi Bungkus itu bergulung-gulung kian kemari, seakan-akan Si Bayi
Ajaib yang ada di dalam selaput itu sedang berusaha mencari jalan keluar,
hendak memecahkan bungkusan dari dalam. Tetapi Jika bayi bungkus itu bergerak
dengan bergulung-gulung kesana kemari, maka semua pohon hutan yang disentuhnya
akan tumbang seketika.
Tentu saja Prabu Pandu sangat sedih
menyaksikan keadaan putra keduanya yang sangat mengherankan itu. Karena pusing,
pernah Prabu Pandu minta tolong kepada para Kurawa untuk memecahkan selaput
pembungkus Si Bayi Ajaib itu. Ternyata usaha para Kurawa gagal total. Si Bayi
Bungkus tak mempan senjata tajam, bahkan Si Bayi Bungkus yang ajaib itu mampu
melawan Kurawa dengan kekuatannya yang amat dahsyat. Para Kurawa yang mencoba
mendekat untuk memecahkan bungkus Si Bayi Ajaib, langsung diserang dan
dilemparkan keluar hutan dengan kekuatan yang amat dahsyat. Akibatnya para
Kurawa lari terbirit-birit ketakutan.
Setelah Kurawa gagal memberikan
pertolongan pada Raja Pandu, maka disuruhlah Yudistira, putra Raja Pandu yang
sulung untuk meminta pertolongan dan penjelasan kepada ayah Prabu Pandu,
Begawan Abiyasa di pertapaan Saptaarga. Ternyata Begawan Abiyasa hanya
menjelaskan agar Prabu Pandu tetap bersabar. Karena Si Bayi Bungkus merupakan
percobaan yang sangat berat bagi Raja Pandu. Satu-satunya jalan bagai Raja Pandu
hanyalah bersabar dan Raja Pandu supaya terus memohon kepada para Dewa, agar
bungkus Si Bayi bisa segera lepas. Begawan Abiyasa menjelaskan, bahwa Si
Bungkus, kelak akan menjadi seorang senapati kebanggan keluarga Raja Pandu,
karena Si Senapati itu akan menjadi sangat sakti, dan tak terkalhkan oleh
ksatria mana saja.
Apa yang dikatakan Begawan Abiyasa,
menjadi kenyataan. Para Dewa di Suralaya mulai merasakan pengaruh luar biasa
dari Si Bungkus yang berada ditengah hutan. Si Bungkus yang terus berkembang itu mendatangkan prabawa
atau pengaruh luar biasa yang sangat menakutkan. Bukan hanya bagi penghuni
bumi. Tetapi juga bagi para penghuni Suralaya. Keadaan Suralaya yang semual
sejuk, tiba-tiba berubah seketika menjadi gersang seakan-akan sekuntum bunga
yang menjadi layu karena terpanggang oleh hawa panas luar
biasa.Para Dewa yang kebingungan itu
akhirnya melakukan penelitian. Setelah diteliti, ternyata pengaruh yang luar
biasa pada kehidupan di Suralaya itu berasal dari pertumbuhan Si Bayi Bungkus yang
berada di tengah hutan yang terus bergulung-gulung kian kemari, karena Si Bayi Ajaib
yang ada di dalam bungkus mengeluarkan tenaganya dalam usahanya mencari jalan
keluar. Setiap bergulung kian kemari, apa yang disentuhnya langsung hancur
berantakan. Batara Guru yang menerima lapran dari para dewa ikut cemas juga
terhadap keadaan di Suralaya.
Karena itu Batara Guru segera
menyuruh Dewa Bayu agar mendatangi seeokor
Gajah Putih bernama Sena yang sedang bertapa mohon kepada Dewa agar Si
Gajah Putih itu dapat mati dengan menitis menjadi manusia. Batara Guru akan
mengabulkan permohonan Gajah Sena, asal Gajah Sena besedia membantu para dewa menyobek
bungkusan Si Bayi Ajaib yang sedang berusaha mencari jalan keluar dari selabut tebal yang membungkusnya.
Selain Batara Bayu, Batara Guru juga mengutus istrinya Dewi Uma agar menemani
Batara Bayu dengan tugas memberikan pakaian kepada si Bayi Ajaib, agar kelak
jika selaput pembungkus berhasil disobek Gajah Sena, Si Bayi Ajaib itu akan
keluar dalam keadaan sudah mengenakan pakaian ksatria secara lengkap.
Alkisah, Dewi Uma telah berhasil
masuk ke dalam bungkusan Si Bayi Ajaib dan memakaikan pakaian ksatria secara
lengkap kepada Si Bayi Ajaib yang masih berada di dalam bungkusan. Batara Bayu
juga sudah berhasil menuntun Gajah Putih Sena dan berdiri di depan Si Bayi
Bungkus. Setelah Batari Uma keluar dari
dalam bungkusan, Gajah Sena diperintahkan oleh Dewa Bayu agar menyobek
pembungkus Si Bayi Ajaib itu. Gajah Sena cepat bertindak. Diterjangnya Si Bayi
Bungkus dengan sekaut tenaga. Ternyata selaput Si Bayi Bungkus tidak mau sobek
juga. Akhirnya Gajah Sena punya akal. Dengan menggunakan belalainya, Si Bayi
Bungkus di lemparkan setinggi-tingginya bagaikan melemparkan sebuah bola
raksasa ke udara. Kemudian ketika Si Bayi Bungkus jatuh ke tanah, Gajah Sena menyambutnya dengan kedua
gadingnya. Demianlah berulang kali Si Gajah Sena melakukan beberapa kali dalam
usahanya menyobek bungkusan Si Bayi Ajaib yang kuat luar biasa. Akhirnya usaha
Gajah Sena tidak sia-sia. Pada lemparan ketiga, kedua gading Gajah Sena
berhasil menyobek bungkusan Si Bayi Ajaib, sehingga terdengan suara yang keras
bagaikan petir. Bersamaan dengan itu, meloncatlah seorang ksatria cilik lengkap
dengan paiannya, berupa celana berwarna merah, hitam,kuning dan putih
kotak-kotak yang disebut bang bintulu. Sang Ksatria Cilik juga sudah mengenakan
sepasang gelang candrakirana, sepasang sumping, dan sepasang kuku
Pancanaka. Sang Ksatria Cilik yang
merasa badannya kesakitan, akibat dilemparkan kesana kemari oleh Gajah Sena,
langsung marah dan terjadilah perang tanding diantara keduanya, karena Sang
Ksatria Cilik berusaha membunuh Si Gajah Sena yang telah menyakiti diri Sang
Ksatria Cilik. Akhirnya dengan kuku Pancanaka yang ditusukkan kepada leher
Gajah Sena, Sang Ksatria Cilik berhasil menewaskan Gajah Sena. Arwah Gajah Sena
segera menitis ke dalam tubuh Sang Ksatria yang selama pertempuran telah tumbuh
menjadi Ksatrai yang gagah perkasa.
Para Dewa yang menyaksikan
pertempuran sengit dan habis-habisan itu, segera memberi nama kepada Sang
Ksatria, Bratasena. Batara Narada memberi nama Bima. Artinya yang menakutkan.
Bhima adalah epitet atau sebutan untuk Dewa Syiwa. Batari Uma memberi nama
Werkudara, yang berarti perut Serigala. Konon, perut Bima memang sangat bagus,
bagaikan perut Serigala yang kuat dan tahan terhadap serangan senjata tajam.
Batara Bayu mengangkatnya sebagai anak dan memberinya nama Bayu Suta.
Tentu saja Raja Pandu sangat
bergembira dan berterima kasih kepada para dewa yang telah menolongnya membantu
proses kelahiran putra Raja Pandu yang ke dua yang telah menjelma menjadi
Ksatria yang gagah perkasa dan sakti pula dengan pusaka andalannya kuku
Pancanaka.[27-06-2016]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar