Entri yang Diunggulkan

SERAYU-MEDIA.COM: Novel : Pusaka Kembang Wijayakusuma (26)

SERAYU-MEDIA.COM: Novel : Pusaka Kembang Wijayakusuma (26) : “Dari mana Dinda Sekarmenur mendapatkan perlengkapan ranjang tempat tidur yang ...

Selasa, 26 Juli 2016

Wisata Kuliner : Soto Sadang dan Sate Maranggi Purwakarta (01)




Sumber Gambar: Wikipedia
Sebelum jalan tol Purbalenyi-Purwakarta-Bandung-Cileunyi diresmikan, dulu setiap lewat Kota Purwakarta saya pasti menyempatkan diri mampir ke Warung Soto Sadang yang ada di Desa Sadang Purwakarta. Persisnya di sebelah kiri jalan raya Purwakarta-Cikampek dan lintasan rel kereta api Bandung-Jakarta. Ketika itu  setiap hari halaman Warung Soto Sadang  itu ramai dikunjung mobil-mobil pribadi yang melintasi Kota Purwakarta untuk menikmati soto Sadang. 


Pada kesempatan ke Purwakarta kali ini saya manfaatkan untuk mengunjungi Soto Sadang lama. Sejak reformasi bergulir pada tahun 1998 saya tidak pernah lagi mengunjungi Warung Soto Sadang lama. Berarti sudah hampir dua puluh tahun.  Saya melihat Warung Soto Sadang yang lama itu sepi. Tetapi formasi meja dan kursinya serta letak kassa dan dapur, masih bisa saya kenali. Formasinya tidak banyak berubah setelah hampir dua dasawarsa lewat. Banyak faktor yang menyebabkan berkurangnya pengunjung. Di samping berkurangnya kendaraan pribadi Bandung-Jakarta yang melewati Warung Soto Sadang sejak diresmikannya  jalan tol Purbalenyi, akses jalan menuju halaman Warung Soto Sadang juga agak sulit. Penyebabnya di depan Warung Soto Sadang itu telah dibangun jalan layang melintasi rel kereta api untuk mengatasi kemacetan jika ada kereta api lewat. Konsekwensinya jika mobil pribadi akan mampir ke Warung Soto Sadang, terpaksa harus turun dari jalan raya, melewati jalan yang akhirnya buntu, karena terhalang rel kereta api. Tidak jauh dari ujung jalan yang buntu itu, baru mobil bisa parkir di halaman Warung Soto Sadang. 


Sebuah Warung Soto Sadang baru akhirnya memang harus dibangun di Jalan Veteran Purwakarta. Tepatnya di simpang tiga jalan Veteran dan jalan arah tol Purbalenyi. Ketika saya tanya, pemilik Warung Soto Sadang lama menjawab, bahwa Warung Soto Sadang yang baru di Jalan Veteran itu bukan cabangnya. Hanya dibuka atas inisiatip saudaranya. Kurang jelas apakah rasa Soto Sadang di Jalan Veteran itu sama lezatnya dengan Soto Sadang lama, saya sendiri belum pernah mencobanya.


Soto Sadang memiliki aroma dan rasa yang khas. Berbeda dengan Soto Sokaraja Banyumas yang tidak memerlukan nasi karena sudah dicampur kupat. Soto Sadang harus disantap sebagai teman makan nasi yang disajikan di atas bakul dari bambu. Aroma yang khas dari soto Sadang mungkin timbul dari bumbu-bumbu yang digunakannya dan penggunaan santan kelapa yang agak kental, sehingga terasa gurih dan memang cocok jika digunakan sebagai teman makan nasi. Harga Soto Sadang  dipatok dengan harga Rp36.000,-./porsi Bahkan di Bandung Soto Sadang dipatok dengan harga Rp40.000,-/porsi.


Selain Soto Sadang, kuliner tradisional Purwakarta yang juga terkenal dan sedang naik daun adalah Sate Maranggi. Sate Maranggi banyak dijumpai di Purwakarta dan menyebar juga ke kota-kota lain. Ketika saya mengunjungi Purwakarta dan akhirnya sempat bersilaturahmi dengan Bupati H. Dedi Mulyadi SH, saya dan teman-teman dijamu dengan Sate Maranggi  yang ada di depan alun-alun Purwakarta. Jadi hari itu saya menikmati dua jenis makanan khas Purwakarta sekaligus. Siang hari Soto Sadang. Sore hari, Sate Maranggi. Soto Sadangnya bayar sendiri. Sate Marangginya gratis karena ditraktir Pak Bupati. Saya tanya pada pemilik warung, apakah Pak Bupati pernah mampir di warungnya.


 “Pak Bupati sering pesan juga. Tapi diantar ke rumah dinas. Hanya saja setiap jam istirahat dan makan siang banyak karyawan pemda anak buah Pak Bupati yang mampir ke sini,” jawab pemilik warung Sate Maranggi itu sambil tersenyum karena jualannya laris manis setiap hari. 
Sumber Gambar : Kang Dedi Tweeter.


Konon omset Sate Maranggi di Purwakarta mencapai 2 ton daging perhari. Memang Sate Maranggi mampu menyebar kekota-kota lain di luar Purwakarta. Bahkan menyebar sampai Bandung, Cianjur, dan kota-kota lainnya. Sate Maranggi sebenarnya tidak beda dengan sate lain yang lezat dan gurih, dengan bumbu kecap yang kental. Hanya Sate Maranggi beda cara mengolah dagingnya dengan sate lain. Sebelum dibakar, daging Sate Maranggi direndam dulu dalam ramuan bumbu, sampai bumbunya meresap ke dalam daging. Karena proses pemberian bumbu itulah, Sate Maranggi bisa disajikan tanpa saus pendamping. Bahan bumbu rendamannnya antara lain kecap manis, beberapa jenis rempah, seperti jahe, ketumbar, lengkuas, kunyit, dan sedikit cuka untuk memberikan sedikit rasa masam. Kadang-kadang dipakai cuka yang terbuat dari gula aren, maupun cuka jenis lainnya. Sate Maranggi biasanya disajikan dengan irisan bawang merah dan tomat segar untuk menciptakan paduan rasa yang berimbang antara rasa daging yang gurih, tomat yang masam, dan bawang yang pedas.


Untuk menambah selera, penjual biasanya menyajikan Sate Maranggi dengan berbagai cara. Ada yang tusuk satenya ditaruh di atas piring dengan alas daun pisang. Ada pula yang  nasi untuk makan sate  dibungkus bulat-bulat dengan daun pisang, sehingga tampak citra antik, alami, dan membangkitkan selera makan. Menjelang perayaan hari jadi ke 185 Kota Purwakarta dan hari jadi ke 48 Kabupaten Purwakarta (20-Juli), omset penjualan Soto Sadang dan Sate Maranggi pasti akan meningkat.


Tidak ada catatan sejarah sejak kapan Sate Maranggi dan Soto Sadang muncul di Purwakarta dan siapa pula perintisnya.  Tetapi seorang pengamat kuliner, melalui Kompas.Com (20-05-2016), menyebutkan bahwa Sate Maranggi berasal dari racikan bumbu makanan China yang digunakan untuk merendam daging babi. Karena di Indonesia daging babi haram, maka daging babi diganti dengan daging kambing atau daging sapi yang halal. Memang Denys Lombart, Sejarawan Perancis dalam bukunya, Nusa Jawa-Silang Budaya, menjelaskan sejumlah makanan yang berasal dari dapur orang-orang China, antara lain tahu, kecap, tau co, bahkan tempe. Juga bakso, bakmi, bakwan, batagor, dan bacang. Tetapi benarkah Sate Maranggi berasal dari tradisi makanan China?


Dijelaskan oleh Sang Pengamat Kuliner tadi, bahwa awalan ba pada kata-kata makanan berbahan daging, seperti bakso, bakmi, bakwan, batagor, bacang, semua itu berasal dari singkatan babi. Tetapi, jika benar Sate Maranggi berasal dari tradisi masak daging babi, mestinya namanya bukan sate, tetapi punya awalan ba juga. Misalnya, bate, basate, atau nama dengan awalan ba yang lain. Karena nama makanan daging yang ditusuk batang bambu, lalu dibakar dan diberi bumbu itu  tidak mengandung awalan ba, jelas anggapan bahwa Sate Maranggi berasal dari cara mengolah daging babi yang berasal dari etnis China, adalah suatu anggapan yang keliru dan kurang tepat.[Bersambung]


Catatan : Artikel Lanjutan Klik aja.
https://tamanrafflesia.blogspot.co.id/2016/07/wisata-kuliner-soto-sadang-dan-sate_28.html
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar