Entri yang Diunggulkan

SERAYU-MEDIA.COM: Novel : Pusaka Kembang Wijayakusuma (26)

SERAYU-MEDIA.COM: Novel : Pusaka Kembang Wijayakusuma (26) : “Dari mana Dinda Sekarmenur mendapatkan perlengkapan ranjang tempat tidur yang ...

Rabu, 13 Desember 2017

Novel : Melati Kadipaten Pasirluhur (74-Tamat-Epiode-1)






“Kasihan benar Putri Ayunglarang Sakean,”  kata Sang Dewi.
“Lebih kasihan lagi, karena setelah menerima surat penolakan cinta, Putri Ayunglarang Sakean, paginya langsung bunuh diri dengan menerjunkan dirinya ke Sungai Ciliwung,” kata Kamandaka mengakhiri kisah malang seorang putri yang masih saudaranya juga. Kamandaka, Sang Dewi, Mayang Sari, dan Ratna Pamekas, terdiam beberapa saat.
“Sesungguhnya, kalau Kanda Amenglayaran boleh punya istri seperti seorang pendeta Islam, Aku akan carikan,” kata Kamandaka setelah semuanya  lama terdiam.
“Mana ada istilah pendeta dalam agama Islam? Bukankah  kata Dimas Arya Baribin, dalam agama Islam tidak dikenal istilah pendeta. Yang ada adalah ulama, yang berarti orang yang paham agama Islam. Dia kadang-kadang mempunyai gelar Syekh, Ustad, Sunan, atau Kiyai,” kata Sang Dewi.
“Wah, aku malah sudah lupa,” kata Kamandaka.
“Aku juga hanya dengar dari Dimas Arya Baribin,” kata Sang Dewi, ”Praktek peribadatan dalam agama Islam mudah, murah, tidak memberatkan, dan  bisa dilaksanakan sendiri secara mandiri, tidak mengenal kasta, karena semua manusia di hadapan Tuhan dianggap sama. Dan mereka tidak mengenal dewa-dewa untuk disembah. Mereka hanya menyembah dan memohon pertolongan kepada satu-satunya Tuhan mereka, yakni Tuhan  Yang Maha Kuasa, yang mereka sebut Allah.”
“Aku jadi ingin tahu lebih banyak soal agama yang baru itu, Diajeng,” kata Kamandaka. Perbincangan terhenti saat ada rombongan tamu datang untuk menyampaikan ucapan selamat kepada kedua mempelai yang berbahagia itu.
Seluruh penduduk Kadipaten Pasirluhur menyambut penobatan Kamandaka dan Sang Dewi sebagai pergantian kepemimpinan di Kadipaten Pasirluhur yang menggembirakan. Adipati yang baru  dengan istrinya  dianggap akan mampu mewujudkan masa depan yang lebih cerah, aman, sejahtera, lebih makmur, dan lebih berkelimpahan. Lebih-lebih karena penduduk tahu, Kanjeng Adipati dan Kanjeng Ayu Adipati yang baru dinobatkan itu, merupakan pasangan serasi, ideal, dan memiliki sejumlah keunggulan yang jarang ada bandingannya.
Apalagi pada saat upacara pernikahan dan penobatan kedua pasangan yang tampan dan cantik itu, bintang Kejora tiap sore menjelang matahari terbenam sudah muncul. Cahayanya yang indah tampak kemilau di atas kaki langit sebelah barat daya.
“Bintang Kejora melambangkan kemakmuran, kejayaan, dan kehidupan yang berkelimpahan bagi Kadipaten Pasirluhur di waktu yang akan datang, Kanjeng Adipati,” kata Ki Patih pada saat berbincang-bincang dengan Kanjeng Adipati Sepuh Kandhadaha dan Kanjeng Ayu Adipati Sepuh di halaman Pendapa Kadipaten. Mereka berdiri sambil menatap bintang paling cemerlang yang ada di atas kaki langit sebelah barat daya itu. Para tamu yang hadir sudah agak berkurang, sebab sudah hari ke-enam.
“Mangsa apakah sekarang, Ki Patih?” tanya Kanjeng Ayu Adipati Sepuh. Dia  tahu Ki Patih menguasai ilmu perbintangan yang memadai.
“Sekarang mangsa Kaso, Kanjeng Ayu. Pesta dan upacara pernikahan dan penobatan Ananda Raden Kamandaka Banyakcatra dan Ananda Sang Dyah Ayu  Dewi Ciptarasa, terjadi pada waktu yang tepat,” kata Ki Patih. Dia ikut bangga karena anak angkatnya itu akhirnya berhasil menyunting putri Kanjeng Adipati Kandhadaha. Dengan demikian Ki Patih merasa telah menjadi besan Kanjeng Adipati pula.
“Kedua mempelai yang sedang berbahagia itu, pada mangsa Kaso ini berada dalam lindungan Batara Antaboga dan  Dewi Nagagini, Kanjeng Ayu,”  kata Ki Patih pula.mulai mengeluarkan Ilmu firasat dan watak yang dikuasainya.
“Watak Ananda Kamandaka memang seperti Batara Antaboga,” kata Ki Patih melanjutkan. “Cita-citanya tinggi, kadang-kadang muluk-muluk, gemar pada proyek-proyek mercusuar, tetapi cenderung boros, tidak bisa memegang uang, mudah jatuh hati, dan menaruh simpati kepada orang yang dianggapnya menderita. Sementara itu, Ananda Sang Dyah Ayu  Dewi, punya watak sebaliknya yang bisa menutupi kelemahan suaminya.”

“Sang Dewi itu, cerdas, tegas, teliti, pandai memegang harta benda dan uang, tidak boros, tetapi juga gemar menolong seseorang yang memang pada tempatnya untuk ditolong. Sang Dewi paling benci pada orang yang tidak jujur, suka ingkar janji, pemalas, dan orang yang ingin mencapai hasil, tetapi dengan cara-cara yang mudah, atau malah dengan cara-cara yang curang. Itulah watak Dewi Nagagini. Itu sebabnya Dewi Nagagini sangat mengagumi Bima, karena watak Bima  cenderung jujur, lurus, ulet, dan pejuang  pantang menyerah. Disamping itu mangsa Kaso dilukiskan dengan kata-kata simbolis, ’Sotya Murca Ing Embanan’. Artinya permata lepas dari cincin pengikatnya. Alam semesta melepaskan atau menurunkan kebahagiaan dan keberlimpahan kepada umat manusia. Pertanda dan alamat baik, Kanjeng Ayu.” kata Ki Patih pula.
“Bagaimana menurut Ki Patih kesetiaan mempelai pria kepada mempelai putri?” tanya Kanjeng Ayu Adipati Sepuh masih penasaran.
“Kesetiaannya tak perlu diragukan. Tak mungkin Ananda  Kamandaka berpaling kepada wanita lain. Bagi Ananda Kamandaka, Ananda Dewi adalah segalanya. Istri, kekasih, sekaligus sahabat dan bayangan Ibunya, tidak mungkin ada yang bisa menggantikannya. Ananda Dewi juga pandai mengendalikan suaminya, sehingga kecil kemungkinan Ananda Kamandaka bisa selingkuh mencari wanita idaman lain. Ki Patih yakin, Ananda Kamandaka tak akan berani selingkuh, di samping karena cintanya yang tulus kepada Ananda Dewi,” jawab Ki Patih mantap, membuat Kanjeng Ayu Adipati Sepuh tersenyum, sangat puas, gembira, dan bahagia.
Dia percaya sepenuhnya apa yang dikatakan Ki Patih yang ahli ilmu firasat dan ahli membaca watak manusia itu. Kanjeng Adipati Sepuh dan Kanjeng Ayu Adipati Sepuh, tidak perlu cemas terhadap masa depan Kadipaten Pasirluhur, setelah keduanya lengser dengan rela, ikhlas, dan penuh suka cita itu. Alih generasi dan proses pergantian kepemimpinan Kadipaten Pasirluhur berjalan aman, lancar, dan alami.
Kanjeng Ayu Adipati  Sepuh memang selalu mengingatkan suaminya, bahwa setiap orang yang berjalan menuju puncak karir, langkah berikutnya yang harus dilalui tidak ada jalan  lain kecuali melangkah turun. Melepaskan jabatan yang pernah digenggamnya. Dan menyerahkannya kepada generasi baru penggantinya.
“Aku selalu ingat nasihatmu, Diajeng,” kata Kanjeng Adipati Kandhadaha saat akan melepaskan jabatan sebagai Adipati.
“Nasihat? Aku malah sudah lupa, Kanda Adipati”
“Bukankah Diajeng pernah menceriterakan Kisah Perjalanan Sri Kresna dan Sadewa, setelah Perang Bharatayudha selesai?”
Kanjeng Ayu Adipati Sepuh lalu ingat ceritera itu. Alkisah, Sadewa mengikuti Sri Kresna yang Kerajaannya hancur diamuk badai dan ditenggelamkan ke dasar samudra. Dengan sedih Sri Kresna melangkah pergi diikuti Sadewa yang segera bertanya, ”Kanda Prabu, kemanakah gerangan Kanda Prabu hendak pergi?”
“O, Adikku Sadewa. Hidup di dunia ini sebenarnya adalah sebuah perjalanan dan pendakian. Apakah yang harus dilakukan oleh seseorang yang telah jauh melangkah  dan mendaki tinggi sampai di puncak pendakiannya?”
Sadewa menjawab, ”Duh, Kanda Sri Batara Kresna.  Orang harus terus berjalan sebagaimana hidup ini mengharuskannya. Oleh sebab itu sekalipun seseorang dalam perjalannya sudah mencapai puncak pendakian. Tetapi  oleh karena dia harus terus berjalan, maka tidak ada pilihan lain. Baginya hanya ada satu-satunya jalan  yang  harus dipilihnya, yaitu melangkah turun!” Kanjeng Ayu Adipati Sepuh tersenyum ketika ingat ceritera itu lalu berkata kepada suaminya,
”Ya, Aku ingat ceritera itu, Kanda Adipati.”
 Kanjeng Adipati Sepuh Kandhadaha lalu memeluk istrinya sambil berbisik dengan kata-kata lembut tapi mantap, ”Diajeng, dampingi  aku selalu  agar perjalanan turun kita dari puncak pendakian senantiasa berlangsung selamat, salam,  dan bahagia.”

Kanjeng Ayu Adipati Sepuh menganggukkan kepalanya dengan mata berkaca-kaca. Dia bangga karena suaminya ikhlas melepaskan tahta Kadipaten Pasirluhur kepada penggantinya yang lebih muda, Raden Kamandaka  Banyakcatra dan  Sang Dyah Ayu  Dewi Ciptarasa.[Tamat,Episode-1,12-12-2017]


 














Tidak ada komentar:

Posting Komentar