Dr.Setyanto, MA, Ketua Yayasan
Serulingmas Cabang Bandung dalam kata sambutannya pada acara Silaturahmi Hahal
Bil Halal 1437 H, tanggal 6 Agustus 2016 di GOR Pussenkav, Jl.Gatot Subroto
Bandung, menjelaskan bahwa kehadiran Wong Banyumas di Bandung dan sekitranya,
tidak pernah merepotkan Walikota Bandung, Walikota Cimahi, maupun Bupati
Kabupaten Bandung. Bahkan Wong Banyumas banyak memberikan kontribusi ikut
memajukan Bandung dan sekitarnya. Banyak di antara mereka yang sukses jadi
pengusaha sehingga mampu menciptakan lapangan kerja bagi warga Bandung dan
sekitranya.
“Orang Banyumas yang merantau
kemana-mana, selalu memegang semboyang dimana bumi dipijak, di situ langit
dijunjung,” kata Dr.Setyanto,MA, Putra Banyumas yang pernah menjadi Direktur
Utama PT.Telkom dan sukses mengantarkan PT.Telkom go publik pada masa Orde
Baru. Kini beliau menjadi Dosen Pasca Sarjana UNPAD.
Acara dimeriahkan dengan pentas
wayang semalam suntuk dengan kolaborasi dua dalang, yakni dalang wayang kulit
Ki Sarwo dari Sidareja dan dalang wayang golek Ki Riswa dari Padepokan Wayang
Golek Giriharja 3. Ki Dalang Sarwo membawakan lakon Bima Nagih Janji. Sekalipun
Ki Riswa hanya tampil pada adegan limbukan, tetapi mampu mengocok perut
penonton yang sebagian besar adalah wong Banyumas yang bermukim di Bandung dan
tergabung ke dalam banyak paguyuban wong Banyumas.
Misalnya Paguyuban Sidareja,
Paguyuban Rangkul Kroya, Paguyuban Linggamas, Paguyuban Tomboati, Asmari, dan
Paguyuban Tirta Kencana Tunggal (TKT). TKT merupakan Paguyuban Wong Banyumas
yang paling tua, karena sudah hadir di Bandung pada tahun 1932 M! Dulu
Paguyuban TKT dimotori Wong Banyumas yang meniti karir di lingkungan TNI dan
POLRI. Sekarang ketuanya, Dr.Ir.Kabul Sarwoto.Sebelumnya adalah
Mayjen.Purn.Sugito alm. Pak Setyanto alumni SMA N 1 Purwokerto, Pak Kabul dan
Pak Sugito Alm, adalah alumni SMAN 2 Purwokerto.
Selain Wong Banyumas juga hadir
Paguyuban Pamanjawi, dan Paguyuban Supplier Kueh Karya Usaha Mandiri. Paguyuban
Pamanjawi sebagian besar anggotanya
adalah orang Madiun, Ngawi, Ponorogo, dan Magetan yang berdomisili di
Bandung. Di dalam Paguyuban Supplier Kueh Karya Usaha Mandiri, anggotanya
campuran antara wong Ngawi dan Banyumas.
Pentas wayang dua dalang dalam
rangka Silaturahmi Hahal bil halal dua dalang dimotori oleh Paguyuban Sidareja
dengan mendapat bantuan dana untuk meringankan beban Panitya dari Bupati Purwakarta H.Dedi Mulyadi,SH.
Ketua Panitya yang juga wakil Ketua
Paguyuban Sidareja, dalam kata sambutannya disamping meyampaikan terimakasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, baik moril maupun materiil,
juga menyatakan komitmen Wong Banyumas untuk ikut melestarikan kebudayaan
warisan leluhur sebagai bagian dari usaha menjaga identitas dan jati diri, dan
komitmen ikut berperan aktif memajukan lingkungan tempat berdomisili
masing-masing sesuai dengan ketrampilan dan kompetensinya masing-masing.
“Sebagai warga Bandung dan Jawa Barat kami semua telah berkomitmen teguh cekelan waton untuk selalu menjadi warga yang baik, yang akan
ikut aktif berpartisipasi memajukan Bandung dan sekitarnya pada khususnya dan Jawa
Barat pada umumnya, sesuai dengan kompetensi dan kemampuan masing-masing,” kata
Ir.H Toyib Priyo Atmojo, Wong Banyumas yang meniti karir sebagai ahli tehnik di
PT.Adikarya Bandung.
Ikut memberikan sambutan adalah Drs.Turiman Sudarjo selaku
Pembina Paguyuban Sidareja. Ceramah makna halal bil halal disampaikan Ustad
Abdul Kadir, Ustad kelahiran Purbalingga yang mencari rejeki dengan marantau ke
Bandung.Tokoh-tokoh Wong Banyumas yang hadir, antara lain Bapak Sanen,SE, Bapak H.Sugino Atmojo, Bapak Drs.Daeng Sudirwo,MPd,dulu pada masa Orde Baru,Ketua DPRD Kota Bandung, Bapak Sugondo, inavotor bidang kesehatan, bos ATFG , Ibu Dr.Ir.Kabul Sarwoto, Ir. Adi Wijaya Supardi ,MM,MSc, dan lainnya lagi. Ikut hadir Dan Pussenkav dan Ketua Dewan Pendidikan Kota Bandung. Sayang H.Itoch, matan Walikota Cimahi dan H.Dedi Mulyadi,SH Bupati Purwakarta berhalangan hadir karena kesibukannya masing-masing.
Ki Dalang Sarwo dan Ki Dalang Riswa
Ki Dalang Sarwo merupakan dalang wayang kulit dari Desa
Tinggarjaya, Kecamatan Sidareja. Sudah empat kali pentas mendalang di Bandung
dan sekitarnya. Dia dulu magang menjadi dalang ikut Dalang Gino dari Notog alm
yang dulu beberapa kali ditanggap Yayasan Serulingmas Bandung dan TKT Bandung pada
acara Silaturahmi. Di samping berguru pada Dalang Gino, Dalang Sarwo juga
pernah magang pada dalang Manteb Sudarsono. Ki Dalang Sarwo memperlihatkan
kemajuan setahap demi setahap dalam menggeluti profesinya. Sudah mampu membawa
9 sinden dari daerah Cilacap dan Banyumas, memiliki seperangkat gamelan dan
wayang kulit, serta sejumlah niyaga yang terlatih. Konon sering pentas
mendalang di Lampung yang juga banyak orang Banyumasnya di sana.
Ki Dalang Riswa merupakan dalang serba bisa. Bisa mendalang
wayang kulit Banyumasan. Tetapi juga piawi memainkan wayang golek Sunda. Sering
pentas di Kabupaten Bandung dan sekitarnya. Ki Dalang Riswa juga sering tampil
di TV Bandung dalam acara Pojok Cepot. Dia mengaku berguru wayang golek di
Padepokan Giri Harja, Desa Jelekong, Kabupaten Bandung asuhan dalang kondang Ki
Asep Sunandar Sunarya yang sudah almarhum. Ketrampilannya mendalang wayang
golek telah membawanya jalan-jalan sampai negeri Belanda dan Suriname.
Kelebihan dalang Ki Riswa ialah lawakan-lawakannya yang
berisi kritik sosial disampaikan dengan jenaka dalam bahasa Sunda yang segar.
Dia juga piawi mempermainkan kata-kata. Misalnya alpukat diasosiasikan dengan
alkohol.Pada kesempatan itu, Ki Dalang Riswa memainkan empat boneka
tokoh wayang yaitu Cepot dan Dawala ditambah dua boneka sebagai bintang tamu.
Kedua bintang tamu itu adalah pemuda dan pemudi penyanyi dangdut. Yang wanita
menari gaya Inul, yang pemuda menari dengan iringan musik dangdut sambil
membawa minuman, sehingga persis orang sedang mabuk akibat minuman keras. Cepot
mengingatkan jangan suka mabok karena bisa ditangkap pulisi.
“Kalau aku minum tidak bakal ditangkap polisi. Sebab bukan
korupsi. Kalau korupsi pasti di tangkap KPK” jawab pemuda tadi ngeyel. Dawala ganti mengingatkan. Eh, malah keduanya berjoged
semakin menjadi-jadi sambil minum.
“Aku kalau minum tidak mungkin ditangkap pulisi. Sebab banyak
pulisi yang malah ikut bergabung dan ikut minum,” kata Pemuda tadi.
“Kamu tidak takut ditangkap? Awas di sini ada penonton
anggota Polri dan tempatnya pun di komplek Kavaleri!” Cepot kembali
mengingatkan.
“Lho, yang aku minum itu bukan alkohol. Tapi jus alpuket!”
jawab Pemuda tadi yang langsung bikin penonton pada tertawa ngakak.
“Sayang sekali, Mas Dalang Sarwo tidak adil,” Ki Dalang
Riswa melalui tokoh Cepot mengeluh pada penonton. “ Kita Cuma diberi waktu
lima belas menit!”
Penonton pun bertriak-teriak,”Terus…, terus….,”
Tokoh Dawala dengan sabar menjawab,” Udah Kang Cepot, lima
belas menit tidak apa-apa. Yang penting bayarannya kan sama!” Kembali terdengar
tawa penonton. Ki Dalang Riswa pun cepat-cepat meninggalkan panggung.
Keunikan lain Ki Dalang Riswa, dia pandai memainkan wayang
dalam bahasa Banyumas dan Bahasa Sunda. Sebab apa? Sebab Ki Dalang Riswa ini
adalah dalang wayang golek Sunda, tetapi kelahiran Kecamatan Dayeuhluhur,
Kabupaten Cilacap. Kecamatan Dayeuhluhur dari segi wilayah jelas masuk Kabupaten
Cilacap yang ex Karesidenan Banyumas. Tetapi dari segi budaya menganut dua
budaya, yaitu Jawa dan Sunda. Ki Dalang Ruswa mungkin contoh ideal orang Banyumas
yang mewarisi dua kebudayaan besar sekaligus, yaitu Budaya Jawa dan Budaya
Sunda.
Sayang saya tidak sempat melakukan wawancara. Ki
Dalang Riswa yang masih muda itu keburu pulang karena ada acara lain. Saya
hanya ingin tahu, apakah waktu di Suriname memainkan wayang golek ataukah
wayang kulit? Kalau wayang golek pakai basa Banyumas atau basa Sunda?
Di Suriname, disamping ada orang Banyumas dan Jawa, juga ada
orang Sundanya. Bahkan Partai Politik Orang Jawa pertama di Suriname, menurut
Mbah Gogle, didirikan orang Sunda asli Tasikmalaya. Sebab orang Jawa di
Suriname memang lebih banyak dari orang Sunda.
Kolaborasi Wayang Golek Sunda
dengan Wayang Kulit Banyumasan yang digagas Bupati Purwakarta H.Dedi Mulyadi SH
itu, kembali mengingatkan kita, bahwa Wong Banyumas sebagai sub etnis Jawa,
sebenarnya pada waktu lampau mewarisi dua kebudayaan besar Jawa dan Sunda yang
saling berinteraksi dan berakulturasi di Lembah Serayu dan Citanduy, yang telah
melahirkan Wong Banymas yang unik itu.[20-08-2016]